Cari Blog Ini

Dolls Comments Pictures

Jumat, 17 Desember 2010

Bell's palsy

BELL'S PALSY
Pengertian
Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah no.VII (Nervus Facialis) sehingga menyebabkan kelumpuhan pada otot wajah disalah satu sisi. Kelumpuhan hanya terjadi di satu sisi wajah yang terkena. Ini yang membedakanya dengan stroke. Ditandai dengan susahnya menggerakkan otot wajah dibagian yang terserang, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb.
Penyebab kelumpuhan ini masih menjadi perdebatan. Beberapa ahli menyatakan penyebabnya adalah karena terpapar angin dingin disalah satu sisi wajah secara terus menerus, ada juga yang menyatakan hal itu disebabkan oleh virus herpes yang menetap ditubuh dan aktif kembali karena trauma, faktor lingkungan, stres dll. Sebagian penderita bisa sembuh tanpa pengobatan, tapi disarankan untuk menjalani terapi dan pengobatan agar bisa segera sembuh.
Bell's Palsy diambil dari nama Sir Charles Bell, dokter dari abad 19 yang pertama menggambarkan kondisi ini dan menghubungkan dengan kelainan pada syaraf wajah. Meski namanya unik, penyakit ini akan mengganggu secara estetika ataupun fungsi pada wajah. Artinya muka yang terlihat cantik dan bagus di depan kaca itu tidak terjadi dengan sendirinya. Karena, bila salah satu saja syarafnya minta istirahat, maka proporsi wajah menjadi tidak seimbang. Jika tidak ditangani maka akan terjadi kecacatan dengan muka penyok.

Patofisiologi
Tidak jelas, salah satu teori adalah proses inflamasi pada N. Facialis yang menyebabkan peningkatan diameter N. Facialis sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui lubang temporal. Perjalanan N. facialis keluar dari tulang temporal melalui canalis facialis yang mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mentale. Dengan bentukan kanalis facialis yang unik tersebut, adanya inflamasi, iskhemik, dapat menyebabkan gangguan dari konduksi.
Pada bell`s palsy harus dipertimbangkan kemungkinan adanya factor-faktor lain penyebab kelumpuhan N. facialis, antara lain:
 Aneurisme vertebral, ateri basilarisatau arteri carotis
 Meningitis karsinomatous
 Trauma facialis
 Meningitis leukemia
 Operasi telinga bagian tengah
 Trauma perinatal
 Tumor pada glandula parotis
 Osteomielitis pada basis cranii.
Faktor Predisposisi
Ada beberapa hal yang diketahui dapat memicu terjadinya Bell’s palsy, meski hal ini hanya dapat dipastikan hanya pada ¼ kasus. Kejadian atau fenomena yang diduga menjadi pemicu terjadinya Bell’s Palsy adalah
• Otitis media akut
• Perubahan tekanan atmosfir yang tiba-tiba (misalnya saat menyelam atau terbang)
• Terpapar dengan suhu dingin yang ekstrim
• Infeksi lokal dan sistemik (dapat disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur)
• Multiple sclerosis
• Iskhemia pada syaraf di dekat foramen stylomastoid.
Penyebab yang pasti dari kejadian ini belum diketahui, namun bisa terjadi akibat reaktivasi herpes simpleks atau herpes zoster pada ganglion genikulata, edema atau iskhemia syaraf, dan kerusakan syaraf akibat autoimun.
Gejala dan Tanda Klinik
Orang pada semua kelompok umur dapat terkena Bell’s palsy, namun yang paling sering terkena adalah usia paruh baya. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Pada anak-anak, jarang pada usia < 10 tahun, kejadian ini biasanya dikaitkan dengan infeksi virus, penyakit Lyme, atau sakit telinga.
Ada banyak variasi dalam keparahan gejala dan tanda. Ciri khasnya adalah kehilangan kendali otot secara tiba-tiba pada satu sisi wajah, dan memberikan tampilan wajah yang kaku. Penderita sulit untuk tersenyum, menutup mata, mengedip, atau menaikkan alis.
Beberapa pasien (terutama yang menderita multiple sclerosis) mengalami rasa sakit sebelum terjadinya paralysis (kelumpuhan). Bila gejala utamanya adalah vertigo atau tinnitus (telinga berdengung), maka dapat dicurigai adanya infeksi herpes zoster pada telinga dan dengan demikian diagnosisnya bukan lagi Bell’s palsy melainkan sindrom Ramsay Hunt.
Ujung mulut biasanya tertarik ke bawah dan menyebabkan air liur mudah menetes. Bicara menjadi tidak jelas, dan penderita mungkin mengalami perubahan fungsi mengecap. Karena kelopak mata tidak dapat ditutup, dapat terjadi kekeringan ataupun ulserasi pada konjungtiva.
Atau dapat pula terjadi hal seperti berikut:
• Nyeri di belakang telinga
• Gangguan sensoris pada daerah yang terkena
• Biasanya didahului oler URI dan atau infeksi virus lainnya
• Drooling
• Gangguan pengecapan
• Gangguan pendengaran
• Pengeluaran air mata berlebihan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar